Madarijus Salikin (Pendakian menuju Allah), kitab yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Penjabaran Kongkret "Iyyaka Na 'budu wa Iyyaka Nasta'in " (Tiga Jilid Lengkap), diterjemahkan oleh Kathur Suhardi
Buku Madarijus-Salikin ini dikarang Syaikhul-Islam yang rajin menjelaskan
kebenaran dan menyebarkan agama, yang menciduk dari Sunnah pemimpin para rasul, yang meletakkan penanya yang tajam d i tengkuk para ahli bid'ah, yang membabat leher para ahli khurafat dengan pedang kebenarannya, yang aktif menjelaskan Al-Qur'an, yang menguasai sastra bahasa, yang mendapat ilham petunjuk dan pemahaman dari Allah, yang menjabarkan pengertian, dialah Abu Abdullah Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa'd Az-Zar'y Ad-Dimasqy, yang lebih terkenal dengan sebutan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Semoga Allah mengampuni dosa kita dan dosanya, menempatkannya di surga-Nya dan mengumpulkan kita dengannya pada kebenaran iman.
Di dalam buku ini Ibnu Qayyim ingin meluruskan kandungan buku Manazilus-Sa'irin karangan Abu Isma'il (Abdullah bin Muhammad bin Ali Al-Harawy Al-Hambaly, seorang sufi yang meninggal pada tahun 481 Hijriyah), agar dapat menjadi menara yang menuntun kepada petunjuk dan jalan Allah yang lurus. Pasalnya, Abu Isma'il menyusun buku Manazilus-Sa'irin berdasarkan jalan para guru sufi yang terlalu melebihlebihkan pemahaman tentang jalan kepada Allah dan yang biasanya berpegang teguh kepada simbol-simbol sufisme, prinsip dan tujuan-tujuannya. Semenjak golongan pertama yang mencuatkan sufisme hingga yang terakhir pada masa sekarang telah sepakat tentang kemanunggalan mere-ka. Sehingga mereka tidak bisa beralih dan tidak bisa melepaskan diri dari pemahaman ini selagi mereka tetap meniti cikal bakal jalan yang diciptakan orang-orang sufi yang pertama dari India dan Persi, bahkan semenjak jauh sebelum itu yang sudah berkembang di suatu kaum, yang kemudian Allah mengutus Nabi Nuh kepada mereka dan juga kaum-kaum sesudahnya. Kemanunggalan inilah yang juga ditetapkan secara gamblang oleh Abu Yazid Al-Busthamy, Al-Husain Al-Hallaj, Ibnu Araby Al-Hatimy,
Ibnu Sab'in, Ibnu Al-Faridh, Abdul-Karim Al-Jaily dan konco-konconya yang berpegang kepada paham wihdatul-wujud.
Mereka mengatakan dan meyakini bahwa sesembahan mereka adalah inti atom yang pertama dan materi yang keluar dari inti atom itu, yang berupa wujud apa pun di langit dan di bumi, yang diam dan yang bergerak, yang berakal dan benda mati. Ini semua merupakan hakikat Ilahiyah yang tidak bisa diketahui orang awam, sebab mereka tidak meniti jalan filsafat seperti yang dilakukan orang-orang sufi. Menurut mereka, yang termasuk orang awam ini adalah para nabi dan rasul.
Hanya ada satu tujuan yang hendak diraih orang-orang sufi itu, dan untuk meraihnya mereka berbuat apa pun yang bisa diperbuat, meski harus mengorbankan sesuatu yang paling beharga, yaitu agar mereka menjadi pemimpin yang suci dan pemuka-pemuka yang dielu-elukan di mata
manusia. Karena menurut mereka, hanya merekalah orang-orang yang memiliki ma'rifat, hanya merekalah yang berilmu, hanya merekalah yang mengetahui hakikat Ilahiyah ini dan orang awam tidak mengetahuinya, hanya merekalah yang bisa menggambarkan hakikat Ilahiyah ini. Yang demikian ini dapat terlihat jelas dalam pengakuan Ibnu Araby, yang sekaligus membenarkan pengakuan rekan dan saudaranya, Fir'aun, "Aku adalah sesembahan kalian yang tertinggi, dan aku tidak mengenal sesembahan selain aku bagi kalian". Apa yang tersembunyi di balik semua ini? Mereka ingin menjadikan orang awam sebagai hamba bagi mereka, selain menjadi hamba bagi Allah. Karena itu siang malam mereka banting tulang menghimpun faktor-faktor yang bisa mendongkrak pamor dan kehebatan mereka di mata orang awam, agar mereka menjadi sesembahan di samping Allah.
Sementara Allah telah mengutus para nabi di setiap umat, dengan menyatakan, "Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut." Para nabi ini bertugas membebaskan manusia dari para thaghut dan menyelamatkan mereka dari perbudakan yang terus-menerus menghantui mereka dan merupakan sumber penderitaan, yang selama itu mereka telah mengganti nikmat Allah dengan kekufuran, sehingga keseluruhan hidup mereka menjadi apes dan mereka hanya menjadi penolong bagi para thaghut untuk melawan Allah. Sementara Dzat yang menciptakan mereka semua dari tanah, kemudian menciptakan mereka dari setetes air mani, yang memberikan
pendengaran, hati dan penglihatan, mengharapkan agar mereka mau bersyukur, mengetahui Rabb mereka dengan asma' dan sifat-sifat-Nya serta pengaruh ciptaan-Nya yang ada pada diri mereka dan yang ada di seluruh alam ini, agar mereka memurnikan ibadah kepada-Nya dan
mengerjakan amal-amal shalih yang mendatangkan kebahagiaan. Dengan begitu Allah akan menganugerahkan kehidupan yang baik bagi mereka, mengangkat derajat mereka dengan karunia dan taufik-Nya. Akhirnya mereka tertuntun kepada perkataan dan perbuatan yang baik serta akhlak yang mulia, tidak tersesat, tidak menderita di dalam kehidupan ini dan kehidupan sesudahnya.
Nama file : madarijus-salikin-pendakian-menuju-allah
Bentuk file : pdf
Halaman : 572
Ukuran : 2.289 mb
download
Tidak ada komentar:
Posting Komentar